OLEH

MUNIFA,S.Pd., G.r.

SMAN 1 Besuk

CGP A7 103 (B)

 

ARTIKEL

BUDAYA POSITIF

 


Upaya membangun budaya positif yang berpihak pada murid dan sekolah perlu adanya kesepakatan dan ketentuan melalui keyakinan kelas dan adanya sebuah kerjasama agar tercipta budaya positif pada sekolah. Mengidentifikasi kebutuhan anak agar mendukung prilaku mereka. Guru berperan sebagai among untuk mengarahkan dan menuntun murid agar mereka menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai wujud dari unsur intrinsik motivasi dasar mereka. Posisi kontrol guru dan membuat keyakinan kelas dalam disiplin positif merupakan dasar dari budaya positif.

Peran guru sebagai among akan menuntun, mengarahkan dan mendidik murid, tidak ada lagi hukuman dan ancaman. Segitiga restitusi merupakan langkah untuk menumbuhkan dan menanamkan budaya positif.

Dalam artikel ini ada beberapa peran penting dalam budaya positif diantaranya adalah:

1.                  Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal

2.                  Motivasi, hukuman dan penghargaan

3.                  Keyakinan kelas

4.                  Kebutuhan dasar manusia

5.                  Lima posisi kontrol

6.                  Segitiga restitusi

 

1)        Disiplin positif dan nilai- nilai kebajikan universal

 

Makna kata disiplin

 

Bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. 
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,  Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

 

Adapun definisi kata ‘ merdeka’ menurut Ki Hahar Dewantara adalah:

mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri).

 

Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid – murid. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai – nilai yang kita hargai.

 

Nilai- Nilai Kebajikan



Dr. William Glasser pada Teori Kontrol (1984), menyatakan bahwa setiap perbuatan memiliki suatu tujuan, dan selanjutnya Diane Gossen (1998) mengemukakan bahwa dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan.

 

1)        Motivasi hukuman dan penghargaan

 

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:

  1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman.
    Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal. 
  2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
    Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal. 
  3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. 
    Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apa bila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

Ki Hadjar Dewantara dalam pemikirannya telah memberikan banyak pencerahan. Selain jargon "menghamba kepada murid" yang berarti apa yang guru lakukan harus berorientasi pada murid, ada juga jargon bahwa " pemberian penghargaan sejatinya adalah hukuman'.

Tetapi menurut hemat saya Penghargaan adakalanya diberikan disaat waktu yang tepat agar anak bisa termotivasi atas apa yang ia lakukan. Tetapi perlu penanaman diri dari dasar dirinya sendiri agar tidak menjadi candu penghargaan

Penghargaan bagi saya sewajarnya dan sepatutnya diberikan bagi yang berdedikasi tinggi dan loyal bukan karena hasil pencapain. Penghargaan jika terus menerus diberikan akan menjadi kebiasaan alhasil motivasi unsur intrinsik dari seseorang lambat laun akan tergilas dan menghilang karena dihukum oleh penghargaan.

 

2)   Keyakinan Kelas

 

Keyakinan kelas merupakan sebuah kesepakatan yang kita buat bersama yang akan menjadikan ujung tombak dari disiplin positif untuk menjadi modal utama dalam menumbuhkan karakter yang kuat yang mengandung nilai-nilai kebajikan.

Membuat keyakinan kelas merupakan usaha untuk menanamkan karakter terhadap anak jujur, disiplin waktu, saling menghargai merupakan nllai dari sebuah kebajikan.

Pembentukan keyakinan kelas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

-          Keyakinan kelas bersifat lebih abstrak daripada peraturan yang lebih rinci

-          Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal

-          Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif

-          Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas

-          Keyakinan kelas sebaiknya hal yang akan diterapkan di kelas dan lingkungan sekolah

-          Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat

-          Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu sehingga berkesinambungan

3)   Lima Kebutuhan dasar pada manusia



Jika seorang anak berprilaku tidak sesuai dengan nilai- nilai kebajikan yang sudah disepakati bersama dalam keyakinan kelas tentunya ada kebutuhan dasar dari lima nilai dasar manusia yang belum terpenuhi, apabila terdeteksi sejak dini kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak masih bisa diantisipasi dengan memenuhi kebutuhan dasarnya agar bisa menunjang perilaku mereka sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang ada. Kasih sayang merupakan kebutuhan hidup yang universal.

 

1)   Lima Posisi Kontrol Guru

 

1.      Penghukum

Penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal dan senantiasa menggunakan kalimat bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang lebih menekan murid. Biasanya guru penghukum selalu bertindak dengan cara dia sendiri. Jika berkata selalu dengan nada tinggi, mata melotot, menghardik dan menunjuk-nunjuk. Dampak dari posisi penghukum ini anak akan menjadi pendendam dan tidak suka terhadap guru tersebut beserta mata pelajaran yang diampu.

 

2.      Pembuat orang merasa bersalah

Posisi ini biasanya guru menggunakan kalimat dan suara yang lembut dan halus, namun melalui kalimatnya guru membuat orang yang mendengarkan merasa tidak nyaman, merasa bersalah dan tidak berharga serta rendah diri. Dan ini sangat membahayakan psikologis murid menjadi tidak percaya diri dan pendendam pada ahirnya.

 

3.      Teman

Dalam posisi ini guru bertindak selayaknya seorang rekan dan sahabat yang mempunyai hubungan baik, sehingga tidak menyakiti murid. kalimat serta kata- kata yang diucapkan selalu bersifat humoris dan lucu untuk mengontrol dan membantu murid. Tetapi kelemahan dari posisi kontrol ini adalah jika suatu saat guru tidak membantu murid akan timbul rasa kecewa dalam diri murid sehingga motivasi unsur intrinsik dari murid tidak ada dan akan timbul ketergantungan.

 

4.      Monitor (Pemantau)

Posisi pemantau (mengawasi) biasanya guru menggunakan ceklist pada catatan terhadap prilaku anak sesuai dengan kesepakatan dan keyakinan kelas yang mereka buat dan disepakati bersama, peraturan dan sanksi/ konsekuensi merupakan alat dan bukti atas prilaku anak. Dan ini akan melatih motivasi intirinsik dari karakter seorang anak.

 

5.      Posisi Manager

Posisi manager merupakan keterampilan meramu posisi sebagai teman dan pemantau yang menjadi satu dalam posisi manager yang dimiliki oleh guru. Posisi ini guru bekerjasama dengan murid memberi kebebasan untuk mempertanggungjawabkan semua perilakunya, mendidik murid menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Dan posisi ini merupakan posisi yang diharapkan oleh kita sebagai calon guru penggerak agar bisa mendidik anak dalam menumbuhkan motivasi intrinsik mereka agar bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri sehingga anak lebih bisa mandiri, merdeka dan bertanggung jawab atas perilakunya yang pada ahirnya menciptakan lingkungan yang positif, damai, aman dan tentram. 

 

2)        Segitiga Restitusi

 

Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004 dalam LMS Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif 2022).



Restitusi merupakan cara terahir bagi murid untuk memperbaiki dan memulihkan kesalahan yang mereka buat, menghargai nilai – nilai kebajikan keyakinan yang sudah disepakati karena adanya motivasi intrinsik yang ada pada mereka.

 



IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF SEKOLAH

 PEMBENTUKAN KEYAKINAN KELAS

            Sebelum membuat keyakinan kelas saya terlebih dahulu berkoordinasi dengan kepala sekolah sebagai pimpinan di SMA Negeri 1 Besuk.




Koordinasi selanjutnya dengan orang tua wali murid kelas  X A sebagai peran penting dalam menumbuhkan budaya positif terhadap anak- anak mereka dalam pembiasaan positif yang mendorong dan mengingatkan mereka dari rumah.


Tahapan berikutnya mensosialisasikan terhadap peserta didik tentang keyakinan kelas yang akan mereka buat dan akan disepakati bersama sehingga terbentuk budaya positif yang akan menjadikan mereka manusia yang berkarakter sesuai dengan profil pelajar pancasila.


Selanjutnya peserta didik membentuk kelompok dan masing – masing kelompok berdiskusi untuk membuat keyakinan kelas apa yang akan mereka sepakati bersama berikut konsekuensinya.


Setelah diskusi dan menyepakati keyakinan mereka bersama, koordinator kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka terhadap teman yang lain dan menulisnya di papan tulis.


 
Lalu terbentuklah keyakinan kelas yang sudah mereka sepakati bersama lalu mengabadikannya di kertas manila dan di tempel di kelas mereka, sehingga keyakinan kelas mereka senantiasa terlihat setiap harinya dan menjadi alarm bagi mereka  berikut dengan konsekuensinya.



PERUBAHAN SEBELUM DAN SESUDAH MEMBUAT KEYAKINAN KELAS

 

Sebelum membuat keyakinan kelas




Sesudah membuat keyakinan kelas





Setelah membentuk keyakinan kelas ada perubahan yang nyata dalam diri mereka seragam sudah dimasukkan, potongan dan model rambut yang rapi. Agar program ini berjalan dan berkesinambungan selaku wali kelas selalu mengecek dan memantau mereka jika ada yang tidak sesuai dengan keyakinan kelas maka konsekuensi harus mereka jalankan.

Segitiga restitusi merupakan langkah untuk menanamkan dan menumbuhkan budaya positif. Hal yang saya lakukan ketika melakukan segitiga restitusi memvalidasi tindakan yang salah, menanyakan keyakinan kelas dan menstabilkan identitas seperti video yang sudah saya upload di demonstrasi kontekstual di modul 1.4.

Selanjutnya diseminasi atau berbagi praktik baik yang sudah saya lakukan terhadap rekan sejawat.


Setelah mempelajari budaya positif saya dengan enam konsep peran penting yag ada di dalamya yang mencakup

Sebagai calon guru penggerak saya lebih memahami betapa keenam konsep itu saling berhubungan dan bagaimana caranya sehingga kekuatan dasar kesadaran yang timbul dalam diri mereka merupakan motivasi internal yang harus dibentuk melalui budaya positif yang dibentuk dari keyakinan kelas yang sudah mereka sepakati bersama. Dan jika ada yang melanggar keyakinan kelas bagaimana cara saya untuk bisa memposisikan sebagai posisi kontrol manajerial yang tentunya masih perlu kesabaran yang ekstra serta bisa mengontrol emosi. sebagai calon guru penggerak merupakan agen perubahan dan pioneer dari perubahan saya juga harus bisa mengimbaskan ilmu yang saya dapat agar perubahan yang ada di SMA Negeri 1 Besuk berdampak nyata.

 

 

TERIMA KASIH